Oleh: Kamil Mony – Founder Abdoel Moethalib Sangadji Institute (AMSI)
Bapak Presiden yang kami hormati
Melalui surat cinta ini, perkenankan kami mewakili harapan dan impian segenap Rakyat Maluku terhadap sebuah proses perjuangan panjang yang hingga saat ini luput dari perhatian serius pemerintah pusat akan sebuah gelar Pahlawan Nasional.
Di tengah aktivitas dan padatnya jadwal kenegaraan, kami mendoakan semoga Bapak selalu diberikan kekuatan, kelancaran, keberkahan, kesehatan yang prima, dalam rangka menunaikan amanah dan tanggung jawab sebagai pemimpin besar bangsa di seantero republik. Aaamiin Ya Rabbal Alamin.
Abdoel Moethalib Sangadji, adalah salah satu tokoh perintis kemerdekaan republik Indonesia kelahiran Maluku, 3 Juni 1889 dan wafat sebagai kesuma bangsa di Yogyakarta 8 Mei 1949.
Nama beliau tidaklah sefamiliar dua sahabat karibnya dalam wadah organisasi Syarikat Islam (SI), Hadji Oemar Said Tjokroaminoto dan Hadji Agus Salim. Namun, ketiga tokoh bangsa ini kerap dan identik disebut sebagai trio SI (Said, Salim, Sangadji).
Dalam catatan sejarah pergerakan perjuangan bangsa Indonesia, A.M. Sangadji yang oleh pemerintah kolonial dijuluki “Jago Toea” tersebab kepiawaiannya dalam melakukan agitasi dan propaganda demi sebuah cita-cita besar yang digaungkan oleh toean Tjokroaminoto, Zelfbestuur (membentuk pemerintahan sendiri ) agar supaya kaoem Bumiputera tidak lagi dipandang sebagai seperempat manusia.
Kiprah perjuangan nasionalisme kebangsaan A.M.Sangadji adalah potret realitas anak bangsa dengan tulus serta ikhlas menanggalkan kemapanan, kenyamanan, sebagai anak bangsawan juga pamong pemerintah Hindia Belanda menuju Indonesia Merdeka.
Jago Toea A.M.Sangadji menjadi representasi dari semua tipologi manusia pelopor penggerak perubahan dalam dirinya mewujud tipikal manusia pembelajar, alim ulama, cendekiawan, intelektual, aktivis pergerakan, militan, mengorganisir dan memimpin laskar hizbullah, penegak hukum, birokrat, pengusaha, diplomat ulung, orator hebat, jurnalis dan penulis produktif, pendidik, guru bangsa, serta politisi ulung.
Perjumpaannya dengan para tokoh pendiri republik di tanah Jawa asal berdirinya Syarikat Islam telah merubah perspektif keindonesiaannya sekaligus menjadi pedoman perjuangan sampai ke pelosok pulau Selebes (Sulawesi) dan Borneo (Kalimantan). Puncaknya, A.M.Sangadji diamanahkan menjadi Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam menggantikan broer Tjokroaminoto pada oppenbare vergradering di alun alun kota Yogyakarta, tahun 1930-an.
Izin Bapak Presiden, kami tidak lagi mengulas lebih jauh tentang rekam jejak sang calon Pahlawan Nasional A.M.Sangadji. Dokumen pengusulan/naskah akademik telah kami serahkan kepada Kementerian Sosial Republik Indonesia awal Januari tahun 2023 sesuai regulasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang (Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan).
Dapat kami sampaikan bahwa Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat ( TP2GP) yang dibentuk Kemensos RI menyatakan Dokumen pengusulan CPN (Calon Pahlawan Nasional) atas nama Abdoel Moethalib Sangadji dengan hasil pembahasan memenuhi syarat. Tahun 2024 kami pun kami kembali mengusulkan gelar Calon Pahlawan Nasional A.M. Sangadji kepada Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dan kini di tahun 2025, untuk ketiga kalinya pemerintah provinsi Maluku melalui Dinas Sosial Provinsi kembali mengajukan proses pengusulan Calon Pahlawan Nasional A.M. Sangadji
Kontribusinya terhadap bangsa dan negara yang diabadikan sebagai nama jalan pada beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Jogjakarta, Surakarta, Semarang, Sorong, Kalimantan dan Maluku dapat menjadi catatan dan pertimbangan Bapak Presiden. Sering terlintas di pikiran kami mengapa teman-teman seangkatan beliau telah lama dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Lantas, bagaimana dengan A.M. Sangadji? Apakah A.M. Sangadji sudah terlupakan?
Semoga di era kepemimpinan Bapak Presiden yang memiliki pemahaman paripurna tentang akar sejarah perjuangan, pergerakan, negara dan bangsa ini dapat mewujudkan harapan kami Rakyat Maluku. Setelah Kapitan Pattimura, Christina Martha Tiahahu, Johannis Leimena. Insyaa Allah menyusul Abdoel Moethalib Sangadji, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) pada momentum peringatan Hari Pahlawan Nasional, November 2025 mendatang.
Salam Kebangsaan Indonesia Raya!