Jakarta, sorotandemokrasi.com – Anggota DPD RI dari Daerah Pemilihan Maluku Utara, Hasby Yusuf, memberikan apresiasi atas langkah strategis Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menetapkan Maluku Utara sebagai wilayah prioritas dalam program percepatan dan penguatan kebudayaan nasional.
Dalam rapat kerja bersama Komite III DPD RI, Fadli Zon menjelaskan bahwa Maluku Utara akan difokuskan dalam pengembangan budaya bahari dan revitalisasi jalur rempah, mengingat sejarah panjang kawasan ini sebagai pusat perdagangan dunia.
“Ini merupakan upaya mengembalikan sejarah dan identitas Maluku Utara sebagai negeri rempah dan budaya bahari,” ujar Hasby Yusuf pada Rabu (07/05/2025) dalam agenda rapat tersebut di hadapan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon beserta jajarannya.
Ia menilai, langkah ini sangat tepat mengingat peran historis Maluku Utara dalam jalur perdagangan rempah global serta tradisi maritim yang masih hidup hingga kini.
Sejalan dengan itu, dalam program prioritas Kementerian Kebudayaan tahun 2025, beberapa situs bersejarah di Maluku Utara telah masuk dalam daftar pelestarian cagar budaya, seperti Benteng Kalamata di Ternate dan Benteng Tahula di Tidore.
“Saya juga telah mengusulkan agar Kadaton Kesultanan Bacan, Kadaton Kesultanan Jailolo, dan Benteng Nassau di Moti turut dimasukkan dalam program prioritas tersebut,” tambahnya.
Hasby Yusuf juga menyoroti pentingnya perlindungan tradisi lokal melalui penguatan museum daerah. Ia menyambut baik alokasi anggaran Kementerian Kebudayaan yang direncanakan sebesar Rp1,5 miliar hingga Rp2 miliar untuk masing-masing museum.
“Karena itu, kami berharap pengelola museum di Maluku Utara dapat melakukan standarisasi agar pemanfaatan anggaran ini benar-benar maksimal,” jelasnya.
Selain itu, ia memberikan apresiasi terhadap Dana Indonesiana—dana abadi kebudayaan yang bertujuan memperluas akses masyarakat dalam pemajuan kebudayaan.
“Saya berharap para penggiat budaya, baik individu, kelompok, maupun komunitas di Maluku Utara dapat memanfaatkan Dana Indonesiana secara optimal,” kata Hasby.

Terkait program Rumah Budaya Indonesia (RBI) di luar negeri, Hasby mengusulkan agar Pemerintah Kota Tidore dilibatkan dalam program RBI di Afrika Selatan, serta Pemerintah Kota Ternate dalam RBI di Filipina.
“Tidore memiliki hubungan historis dengan Tuan Guru, Qadi Kesultanan Tidore dan komunitas Tidore di Cape Town, Afrika Selatan. Sementara Ternate memiliki keterkaitan sejarah dengan Cavite Ternate di Filipina,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya program repatriasi warisan budaya Indonesia dari luar negeri, khususnya yang berasal dari Tidore dan Ternate.
“Saya ingin benda budaya dan dokumen bersejarah yang kini tersimpan di Belanda, Portugal, dan Spanyol didata dan dikembalikan ke tanah air, agar generasi mendatang dapat mengenal sejarah secara utuh,” tegas Hasby.
Sebagai penutup, Hasby Yusuf menyampaikan salam dan undangan dari Sultan Tidore kepada Menteri Fadli Zon untuk hadir dan menyampaikan pidato kebudayaan dalam Festival Kebudayaan Tidore, yang digelar bertepatan dengan Hari Jadi Tidore.
“Saya juga mengusulkan agar Tidore ditetapkan sebagai Kota Kebudayaan, mengingat status historisnya sebagai bekas ibu kota Provinsi Perjuangan Irian Barat, serta kekayaan tradisi dan warisan rempah yang masih terjaga,” pungkasnya. (red)