Jakarta, sorotandemokrasi.com — Dalam rangka memperingati hari lahir A.M. Sangadji yang jatuh pada 3 Juni, Pimpinan Besar (PB) Pemuda Muslimin Indonesia menyerukan kepada seluruh elemen bangsa, khususnya pemerintah Republik Indonesia, untuk menjemput keadilan sejarah bagi A.M. Sangadji dengan menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional tahun 2025, mewakili perjuangan dari bumi Maluku dan semangat Islam kebangsaan.
Peringatan ini menjadi bagian dari gerakan advokasi kultural dan historis yang telah lama diperjuangkan oleh organisasi ini untuk mengangkat kembali tokoh-tokoh Islam progresif yang terlupakan dalam sejarah arus utama Indonesia.
“A.M. Sangadji adalah mata rantai sejarah yang terputus dari ingatan kolektif bangsa ini. Beliau bukan hanya tokoh Islam, tetapi juga juru bicara nasionalisme dari Timur, dari Maluku, dari kampung Rohomoni. Tahun 2025 adalah momentum ideal untuk mengangkat beliau sebagai Pahlawan Nasional yang mewakili nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, dan ke-Maluku-an sekaligus,” tegas Dr. H. Usep Nukliri selaku Ketua Umum (Ketum) PB Pemuda Muslimin Indonesia kepada awak media, Jakarta (03/06/2025).
Menurut Kang Usep, sapaan akrab kepada Ketum PB Pemuda Muslimin Indonesia tersebut, bahwa A.M. Sangadji adalah figur kunci di balik kaderisasi PSII, mantan anggota Volksraad, dan pejuang pendidikan serta jurnalistik yang konsisten sekaligus salah satu pendiri Pemuda Muslimin Indonesia.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Hadi Prestasi, S.T., M.T., selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB Pemuda Muslimin Indonesia menegemukakan bahwa pengusulan A.M. Sangadji sebagai Pahlawan Nasional adalah ikhtiar kolektif untuk mengoreksi narasi sejarah yang terlalu “Jawa-sentris.”
“Pahlawan dari Timur bukan sekadar simbol atau kuota. A.M. Sangadji adalah fakta sejarah yang hidup—beliau membela prinsip, mendidik generasi, dan memperjuangkan kemerdekaan dalam sunyi. Ini bukan hanya tentang nama, tapi tentang rekonsiliasi sejarah nasional yang lebih utuh dan adil,” ungkap Hadi.
Di sisi lain, Abdul Karim Rahanar, S.H., M.H., yang juga berasal dari wilayah Maluku selaku Ketua Harian PB Pemuda Muslimin Indonesia juga menyampaikan pesan emosional atas pentingnya pengakuan terhadap putra daerah seperti A.M. Sangadji.
“Sudah terlalu lama anak-anak pulau hanya menjadi catatan kaki dalam sejarah nasional. A.M. Sangadji adalah bukti bahwa dari kampung kecil seperti Rohomoni, bisa lahir tokoh besar yang memengaruhi pergerakan nasional. Kini saatnya negara mendengar dan mengakui,” tandas Karim yang juga salah satu kader terbaik Partai Gerindra itu.
A.M. Sangadji yang kerap disapa “Paman” atau “Guru” oleh Bung Karno (Presiden Pertama Republik Indonesia) atau dikenal dengan sebutan “Jago Toea” tersebut lahir pada 3 Juni 1889 di Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku Tengah. Ia merupakan aktivis pergerakan nasional, penulis tajam, dan kader utama dalam Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Kariernya meliputi peran sebagai anggota Volksraad, jurnalis, pendidik, dan pemikir Islam progresif yang menjembatani semangat keagamaan dan nasionalisme.
Pemuda Muslimin Indonesia berharap bahwa Kementerian Sosial RI, Lembaga Kepresidenan, serta Dewan Gelar dan Tanda Kehormatan, dapat segera menindaklanjuti pengusulan ini sebagai bagian dari keadilan sejarah dan penguatan integrasi nasional. (red)